Bismillahirahmanirrahiim...
A. Adab Menuntut Ilmu
Ilmu ialah hal yang sangat berharga yang dimiliki oleh setiap manusia dan wajib baginya untuk menuntut ilmu sebagai salah satu usaha yang mulia. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menuntut ilmu :
1. Niat dengan ikhlas
Dalam setiap amal ditentukan dari niat pelakunya, hendaknya niat semata karena Allah SWT dan tidak hanya untuk kesenangan dunia saja melainkan juga untuk kepentingan umat manusia, supaya terhindar dari azab neraka bagi mereka yang lalai akan hal tersebut. Maksud firman Allah dalam ayat 235 surah al-Baqarah : “Dan ketahuilah
bahawa Allah mengetahui apa yang tersemat dalam hatimu maka takutlah
kepadaNya dan ketahuilah bahawa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun”.
2. Tekun berusaha dan tawakal
Segala amal akan dinilai baik dan maksimal jika ia berusaha untuk istiqomah dan Senantiasa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran tanpa menurut keadaan
dan masa dengan menghindari perasaan malas dan mudah jemu dengan buku
pengajian. Ini dapat diatasi dengan sentiasa membaca dan mengulangkaji
pelajaran tanpa jemu. Nasihat ataupun tazkirah akan melembutkan hati kita kepada Allah SWT.
Perlu dihidupkan hati ini supaya sentiasa takut kepada Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam ayat 5 surah as-Saff yang bermaksud :
“Dan ingatlah ketika mana Nabi Musa berkata kepada kaumnya :’Wahai
kaumku! Mengapa kamu menyakitiku sedangkan kamu mengetahui bahawa aku
ini adalah utusan Allah kepadamu?’. Maka tatkala mereka buat endah tak
endah sahaja lalu Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi
petunjuk kerpada kaum yang fasik.”
3. Menjauhi maksiat
Ilmu akan mudah diserap tatkala hati kita dalam keadaan bersih dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, jauhi prasangka buruk dan hal-hal yang dapat merusak hati. Kita mestilah menghidupkan budaya amar makruf dan nahi munkar dalam diri
dan suasana sekeliling mengikut kemampuan yang ada. Sesungguhnya ilmu
itu adalah nur yang suci yang mana ia tidak dapat kita perolehi jika
diri kita sentiasa disaluti dengan dosa.
4. Memilih teman yang baik lagi sholeh
Tidak bisa dipungkiri kita hidup bersiosial dan tak disadari disitulah kita juga akan melalui proses pembelajaran. Nah, keadaan inilah yang harus diperhatikan dalam menyerap ilmu sekaligus dalam proses bersosial. Rasulullah SAW pernah berpesan kepada kita melalui hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Tarmizi dan Abu Daud maksudnya : “Seseorang itu
mengikut agama sahabat temannya. Maka hendaklah seseorang itu memerhati
siapakah yang dijadikan teman”.
5. Meminta doa restu kepada ibu dan bapak
Ridho orang tua ialah ridho Allah SWT, orang tua akan menjadi tameng terhebat dalam setiap amalan yang dilakukan bagi seorang anak. Ia akan menjadi penenang dan penyemangat tersendiri bagi anak yang selalu taat dan patuh kepadanya. Kita hendaklah senantiasa menjaga perasaan kedua ibu bapa kita dan
menghormati mereka dalam perkara yang tidak menyalahi syariat Islam.
Sentiasa berhubungan baik dengan mereka dan mendoakan kebahagian mereka di dunia dan akhirat.
6. Menghormati sang Guru
Dalam hal belajar, kita juga membutuhkan seorang pendamping yang senantiasa menasihati dan menolong kita disaat mengalami kesulitan dialah seorang guru. Memberikan rasa hormat kepada seorang guru ialah salah satu perkara yang sangat mulia karena bisa jadi dialah orang tua kita dalam menuntut ilmu. Oleh itu marilah kita sama-sama membina kembali keutuhan dan mahabbah
antara guru dan pelajar agar ia mampu menyinarkan kembali suasana
harmoni serta menghindari perkara negatif dalam kehidupan.
Sumber : http://www.imuslim.my/adab-menuntut-ilmu/
B. Kejujuran berbuah berkah
Diceritakan ada sahabat karib yang sudah lama kenal dan akrab satu sama lain dialah Abdullah pekerjaannya sebagai petani dan Abdurrahman sebagai pedagang. Mereka saling membantu dalam segala urusan jika mereka sedang mengalami kesusahan. Suatu hari Abdullah memanen hasil pertaniannya dan hasilnya lumayan banyak, ia berkeinginan untuk membeli lahan baru sebagai lahan pertaniannya. Ia mencoba berkunjung kerumah Abdurrahman, sahabatnya untuk menanyakan hal tersebut dan walhasil Abdurrahman bisa membantunya dengan akad jual beli dari lahan Abdurrahman. Dengan senang hati Abdullah berterimakasih kepada Abdurrahman.
Selang beberapa hari, Abdullah memulai menggarap lahannya yang sudah ia beli dari sahabatnya, namun secara tidak sengaja abdullah menemukan emas dari hasil mencangkulnya. Dengan rasa tekut, ia menghampiri Abdurrrahman untuk memberikan apa yang ia dapat dari lahan yang sebelumnya milik Abdurrahman, namun Abdurrahman menolak, begitu juga dengan Abdullah. Karena menurut ia, ia hanya membeli lahannya saja tidak dengan emasnya.
Permasalahan tersebut mereka putuskan untuk menghampiri pak Kyai agar bisa diselesaikan dengan bijak dan baik. Kebetulan mereka berdua memiliki satu orang anak, masing-masing pria dan wanita dan sudah cukup umur untuk menikah Siti dan Naufal namanya. Dan mereka menjadi teman bermain sejak kecil sampai pada usia dewasa. Dari informasi tersebut, pak Kyai akhirnya memberikan solusi atas permasalahannya untuk menikahkan kedua anaknya dengan menjual emas yang ditemukan oleh Abdullah. Setelah melalui proses pertimbangan dan kesepakatan, akhirnya mereka menikah. Dan rasa syukur mereka, sebab ternyata mereka juga telah memiliki benih-benih cinta atas silaturahmi kedua orang tuanya dan persahabatan mereka.
Sumber : http://dakwah-islam.org/cerita-tentang-kejujuran-hati.html